Dikarunia buah hati merupakan kebahagiaan tersendiri, khususnya bagi pasangan muda bukan? Namun, kebahagiaan meluap-luap tersebut juga dibersamai dengan berbagai tantangan baru lho! Pengasuhan menjadi pekerjaan full-time yang senantiasa dilakukan kedua orang tua.

Pola Asuh itu Apa sih?

Pola asuh sendiri berasal dari kata pola dan asuh. “Pola” berarti model, sistem, cara kerja, atau bentuk. Sementara itu, “Asuh” berarti jaga, bimbing, atau pimpin¹. Lebih jelasnya, pola asuh adalah proses interaksi terus-menerus antara orang tua dan anak dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik dari segi fisik, mental, maupun sosial.²

Kenapa Pola Asuh Penting? Apa Pengaruhnya pada Perkembangan Anak?

Pola asuh menjadi kegiatan yang memainkan peranan penting dalam kehidupan anak. Kecerdasan kognitif dan perilaku seseorang sepanjang hidupnya ditentukan oleh pola keterikatan yang terbentuk dari pola asuh atau interaksi dengan orang tua atau pengasuhnya ketika ia bayi³. Apabila pola asuh anak belum terpenuhi dengan baik dan benar, maka bisa jadi muncul permasalahan dan konflik, baik dalam diri anak, antara anak dengan orang tuanya, maupun antara anak dengan lingkungannya¹. Singkatnya, gaya pola asuh sangat memengaruhi tumbuh kembang dan dinamika kehidupan si kecil hingga ia dewasa.

Empat Gaya Pola Asuh menurut Baumrind! Apa aja, sih?

1. Authoritarian Parenting

Pola asuh ini disebut juga pola asuh otoriter. Dalam pola asuh authoritarian, tingginya permintaan orang tua tidak dibarengi dengan tingginya dukungan yang diberikan orang tua kepada anak. Orang tua cenderung mempertegas kekuasaan atau wewenang yang mereka miliki. Pola asuh authoritarian menerapkan aturan yang ketat sekaligus membatasi kebebasan anak secara berlebihan dengan hukuman sebagai alat mendisiplinkan anak. Efek dari pola asuh ini antara lain, anak akan cenderung memperlihatkan perilaku agresif yang merugikan⁴; menjadi sosok anak yang nakal saat memasuki bangku sekolah⁵; tidak kreatif, tidak percaya diri, tidak mandiri, stress, trauma, hingga mengalami depresi².

2. Authoritative Parenting

Pola asuh authoritative disebut juga pola asuh demokratis. Dalam pola asuh ini, tingginya permintaan orang tua dibarengi dengan tingginya dukungan yang diberikan orang tua kepada anak. Orang tua dengan pola asuh authoritative cenderung mengarahkan perilaku anak pada kemandirian dan perilaku yang sesuai dengan perkembangan usia si anak. Singkatnya, mereka menuntut sekaligus mendukung.

3. Neglectful Parenting

Pola asuh ini disebut juga pola asuh involved. Dalam pola asuh neglectful, rendahnya permintaan orang tua dibarengi dengan rendahnya dukungan yang diberikan orang tua kepada anak. Orang tua cenderung tidak peduli dan mengabaikan anak pada setiap fase pertumbuhan, bahkan pada fase ketika anak membutuhkan bimbingan dan belum dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Menurut Santrock⁶, anak dengan pola asuh ini akan memiliki kontrol diri dan harga diri yang rendah, tidak mandiri, tidak kompeten dalam bersosialisasi, dan menjadi pribadi yang sering bermasalah.

4. Permissive Parenting

Pola asuh ini disebut juga pola asuh indulgent. Dalam pola asuh ini, orang tua cenderung memanjakan anak dengan mengikuti semua keinginan anak tanpa adanya permintaan, tuntutan, hukuman, atau bentuk pengendalian lainnya. Orang tua mencurahkan kasih sayang dan kehangatan untuk anak, tetapi jarang atau sedikit dalam memberikan tanggung jawab dan kedisiplinan. Efek dari pola asuh ini adalah anak akan berperilaku sesuai dengan keinginannya tanpa memedulikan norma sosial yang berlaku⁷. Selain itu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang anti sosial dan memiliki kontrol diri yang rendah⁸. Ringkasnya, anak akan memiliki kepribadian yang manja dan cenderung egois.

Jadi, Apa Gaya Pola Asuh yang Paling Ideal? Bagaimana Cara Menerapkannya?

Dapat disimpulkan, dari keempat gaya pola asuh tersebut, gaya authoritative merupakan gaya pola asuh yang paling ideal. Contoh gaya pola asuh authoritative yang dapat dipraktikkan dalam keseharian antara lain melihat permasalahan sebagai keadaan yang perlu dihadapi bersama, bukan malah menyalahkan anak; mengharapkan kepatuhan anak, tetapi juga mengharapkan anak untuk menjadi pribadi yang mandiri; memperkuat standar dan batasan perilaku dengan memberikan alasan rasional dibaliknya⁹. Selain itu, orang tua dengan gaya authoritarian lebih menghargai proses komunikasi dengan menjadi pendengar yang baik dan melibatkan anak dalam pembicaraan yang menyangkut kehidupannya¹⁰. Orang tua juga bersikap lebih objektif, memberikan perhatian, dan dorongan positif pada anak².

Menerapkan pola asuh authoritative, membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kontrol emosi, tingkat intelegensi, dan daya imajinasi yang baik¹¹. Anak akan mampu mengembangkan citra diri yang positif dan menjadi pribadi yang percaya diri¹². Oleh karena itu, setiap orang tua perlu mengetahui keempat gaya pola asuh tersebut. Dengan mengetahuinya, orang tua dapat mengidentifikasi gaya pola asuh yang selama ini mereka terapkan dan memperbaikinya apabila gaya pola asuh yang selama ini dilakukan termasuk pola asuh yang salah. Sebaliknya, apabila pola asuh yang selama ini mereka terapkan tepat, mereka dapat meningkatkannya.

Daftar Pustaka:

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pencarian - KBBI Daring.
Rakhmawati, I. (2015). Peran keluarga dalam pengasuhan anak. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 61, 1-18.
Fuchshuber, J., Hiebler-Ragger, M., Kresse, A., Kapfhammer, H. P., & Unterrainer, H. F. (2019). The influence of attachment styles and personality organization on emotional functioning after childhood trauma. Front. Psychiatry, 10(643), 1-10.
Fathi, B. (2011). Mendidik anak dengan al-quran sejak janin. Jakarta: Grasindo.
Priyatna, A. (2010). Lets end bullying: Memahami, mengenal, dan mengatasi bullying. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Santrock, J. (2010). Child development (13th ed.). New York: McGrawHill.
Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 102-122.
Fadhilah, H. A., Aisyah, D. S., & Karyawati, L. (2021). Dampak pola asuh permisif orang tua terhadap perkembangan sosial-emosional anak usia dini. Jurnal Pendidikan, 6(2), 90-104.
Safaria, T. (2016). Peran efikasi diri, pola asuh otoritatif, dan motivasi berprestasi terhadap kematangan karir. Jurnal Psikologi, 43(2), 154-166.
Widyarini, N. (2009). Mengkomunikasikan moral pada anak. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Kuswanto, C. W., Pratiwi, D. D., Nazila, M. H., & Pelantino, N. N. (2022). Studi perkembangan emosi anak melalui pola asuh authoritative. Musamus Journal of Primary Education, 5(1), 27-37.
Sukatin, S., Chofifah, N., Turiyana, T., Paradise, M. R., Azkia, M., & Ummah, S. N. (2020). Analisis perkembangan emosi anak usia dini. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 5(2), 27-36.

Journey

Fase 1

Fase 2

Fase 3

Hubungi Kami